alfurqonmadina.sch.id

Di tengah derasnya arus informasi dan tantangan moral di era digital, para pakar pendidikan dan psikolog anak menekankan kembali pentingnya menanamkan ajaran Islam sebagai fondasi utama dalam mendidik anak. Pendidikan agama dinilai bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan kebutuhan primer untuk membentengi generasi muda dari pengaruh negatif.


🛡️ Fondasi Karakter Melawan Arus Zaman

Tantangan yang dihadapi anak-anak saat ini jauh lebih kompleks dibandingkan generasi sebelumnya. Paparan konten negatif melalui gawai, krisis identitas, dan pergeseran nilai sosial menjadi kekhawatiran utama orang tua.

“Kita tidak bisa mengisolasi anak dari teknologi, tapi kita wajib membekali mereka dengan ‘filter’ internal,” ujar Dr. Amirah Husna, M.Psi., seorang psikolog anak, saat ditemui di Jakarta, Senin (17/11/2025).

Menurut Dr. Amirah, ajaran Islam menyediakan sistem nilai (values system) yang kokoh. “Ketika anak paham konsep halal-haram, hak-bathil, dan pentingnya akhlakul karimah (budi pekerti luhur), mereka memiliki panduan internal yang kuat untuk mengambil keputusan, bahkan saat tanpa pengawasan orang tua,” jelasnya.


🧭 Bukan Sekadar Ritual, Tapi Kompas Moral

Pendidikan Islam sering disalahartikan sebatas kemampuan ritual, seperti shalat atau mengaji. Padahal, esensinya jauh lebih mendalam.

Ustadz Ridwan Al-Hafidz, seorang praktisi pendidikan Islam, menegaskan bahwa tujuan utama pendidikan ini adalah membentuk karakter.

“Shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar. Puasa mengajarkan empati dan pengendalian diri. Zakat menumbuhkan kepedulian sosial. Ini semua adalah ajaran perilaku,” ujar Ustadz Ridwan.

Ia menambahkan, mengenalkan anak pada kisah-kisah teladan Nabi dan para sahabat adalah cara efektif menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran (As-Siddiq), kepercayaan (Al-Amin), dan keadilan. “Ajaran Islam adalah kompas moral yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari,” tegasnya.


🏡 Peran Vital Orang Tua dan Lingkungan

Para ahli sepakat bahwa tanggung jawab utama pendidikan agama ada di pundak orang tua. Sekolah atau lembaga pendidikan formal hanyalah mitra pendukung.

“Pendidikan terbaik adalah keteladanan (uswah hasanah),” kata Dr. Amirah. “Anak tidak akan menghargai kejujuran jika mereka melihat orang tuanya berdusta. Anak tidak akan rajin beribadah jika tidak pernah melihat orang tuanya shalat.”

Oleh karena itu, sinergi antara rumah, sekolah, dan lingkungan (seperti masjid atau komunitas pengajian) sangat vital untuk menciptakan ekosistem yang mendukung tumbuh kembang spiritual anak.

Pendidikan Islam yang ditanamkan sejak dini diharapkan dapat mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual, serta memiliki ketangguhan mental untuk menghadapi tantangan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *